Program Ganjar Pranowo Diapresiasi Akademisi, Layak Diterapkan Daerah Lain
Program bakal calon
presiden (capres) yang juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo tentang Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) dan Jo Kawin
Bocah diapresiasi akademisi. Kepala Riset Kesehatan Universitas Gunadarma
Lestari Octavia menilai kedua program Ganjar tersebut efektif menurunkan angka
stunting atau anak kurang gizi.
Kasus stunting di Jawa Tengah (Jateng) pada 2018 sebanyak 24,4%, pada 2019
menjadi 18,3%, dan 2020 sebesar 14,5% berdasarkan perhitungan Elektronik
Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM). Kemudian, pada 2021
sebesar 12,8%, sedangkan pada 2022, kasus stunting di Jateng tersisa 11,9%.
Lestari melihat progres baik dicapai Jateng lewat program pencegahan stunting.
Dia berpendapat, dua program tersebut layak untuk diadaptasi daerah lain,
karena sangat tepat sasaran.
“Harus diapresiasi bahwa di tingkat pemimpin daerah sudah memikirkan sejak dari usia dini yaitu program Jo Kawin Bocah dan 5Ng, sehingga jadi role model. Adaptasi saya sampaikan karena setiap daerah tentu punya perbedaan masalah. Konsep ini (Jo Kawin Bocah dan 5Ng) bisa dibawa dan disesuaikan,” kata Lestari yang juga terlibat dalam Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) ini, Jumat (30/6/2023).
1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) dalam penanganan stunting menjadi masa krusial pencegahan.
Program 5Ng tepat karena memedulikan secara komprehensif kondisi perempuan saat
mengandung.
Secara tidak langsung, Ganjar mengajak masyarakat tidak hanya tenaga kesehatan
saja peduli pada ibu hamil. "Nah kalau misalnya ibunya terindikasi
malnutrisi, itu kan harus melakukan perbaikan dan intervensi. Nah, itu di masa
awal-awal kehamilan," tutur Lestari.
Sekadar diketahui, Ganjar mengajak semua perangkat pemerintah bergerak bersama
mencegah kasus stunting. Selain stunting, saat ini Ganjar juga sedang fokus
pada penanganan kasus kemiskinan ekstrem.
“Begitu kita bergerak semuanya kita jadikan satu momentum. Seluruh Jateng
momentumnya tidak boleh terlambat. Sekarang kita gerakkan, ada kader kesehatan
yang bagus, ada ahli gizi yang mulai terbuka dan mau menjelaskan kepada ibu-ibu
hamil. Terus kemudian ada bidan yang merawat kandungannya,” ujar Ganjar
beberapa waktu lalu.