Rusia Dan Ukraina Sepakat Buka Keran Ekspor Gandum, Berkat Presiden Jokowi ?
Rusia dan Ukraina dikabarkan sepakat membuka keran ekspor gandum ke berbagai negara. Kesepakatan itu diambil setelah dilakukannya pertemuan antara delegasi Rusia dan Ukraina di Istanbul, Turki, Rabu (13/7).
Harga gandum di dunia pun melonjak. Sebab, 30-40 persen gandum dunia diproduksi dari Rusia, Ukraina, dan Belarusia. Bahkan, sejumlah negara di Afrika terancam kelaparan akibat putusnya pasokan gandum ini.
Salah satu poin kesepakatan dalam pertemuan itu adalah pengiriman gandum oleh kapal-kapal Ukraina melalui perairan pelabuhan yang dipasangi ranjau. Rusia menyetujui gencatan senjata saat pengiriman dilakukan. Lalu Turki, didukung oleh PBB, memeriksa kapal untuk menghilangkan kekhawatiran Rusia ada penyelundupan senjata.
Kepala Departemen Organisasi Internasional Kementerian Luar Negeri Rusia Pyotr Ilyichev, kepada kantor berita Interfax, menyebutkan, Moskow siap memfasilitasi navigasi kapal komersial asing untuk mengekspor gandum Ukraina.
Ukraina menyampaikan hal senada. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan, Kiev tinggal dua langkah lagi mencapai kesepakatan dengan Moskow.
"Kami berada di fase akhir dan sekarang semuanya tergantung pada Rusia," katanya.
Sekjen PBB Antonio Guterres ikut menyampaikan kabar gembira ini. Kata dia, hasil pertemuan Rusia-Ukraina memberikan secercah harapan bagi mereka yang menderita kelaparan di seluruh dunia.
"Secercah harapan untuk membawa tindakan stabilitas yang sangat dibutuhkan untuk sistem pangan global,” kata Guterres, kemarin.
Untuk diketahui, mengembalikan rantai pasok pangan dunia ini menjadi salah satu misi Jokowi saat bertemu Zelensky dan Putin, akhir Juni lalu. Lobi Jokowi membuahkan hasil. Zelensky maupun Putin bersedia membuka kembali jalur pasokan pangan dari Ukraina.
Ukraina dan Rusia adalah pemasok utama gandum dunia. Saat ini, petani kedua negara sedang memanen gandum untuk musim tanam 2022. Lalu pada Juli-November, para pedagang sibuk mengirimkan hasil panen ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Indonesia sendiri mengimpor 11,7 juta ton gandum per tahun.
Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana menilai kesepakatan Rusia dan Ukraina ini tak lepas dari misi damai yang dibawa Jokowi. Kata dia, saat itu Jokowi yang membungkus upaya gencatan senjata dengan isu besar krisis pangan di negara berkembang, menjadi dasar pertemuan langsung wakil dari Ukraina dan Rusia di Turki.
Menurut dia, kehadiran Jokowi itu telah muncul kesadaran dari semua pihak yang bertikai bahwa perang di Ukraina telah memunculkan krisis baru bagi dunia setelah krisis pandemi Covid-19.
“Pertemuan langsung pejabat Rusia-Ukraina ini perlu terus dijaga momentumnya hingga terjadinya gencatan senjata demi menyelamatkan dunia, utamanya negara berkembang," kata Hikmahanto, dikutip dari Rakyat Merdeka, kemarin.