Ternyata "Harta Karun" RI yang Diminati Asing Tak Hanya Emas, Minyak, dan Batu bara, Tapi Juga Buah-buahan
"Harta karun" RI yang diperebutkan asing tak hanya emas, minyak, atau batu bara. Ini juga termasuk buah-buahan.
Salah satu kesepakatan penting yang disetujui Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden China Xi Jinping misalnya, adalah ekspor nanas segar RI ke Beijing. Nanas lokal yang selama ini menjadi buah andalan ekspor ke Amerika Serikat (AS) kini akan mengalir ke pasar Beijing.
Betapa pentingnya peran nanas dalam kesepakatan ekonomi China dan Indonesia tercermin dalam Joint Press Statement bilateral kedua negara. Secara khusus, nanas disebut dalam pernyataan bilateral saat Jokowi dan Xi Jinping bertemu, Selasa (26/7/2022).
"Selama kunjungan, kedua negara menandatangani dokumen kerja sama di bidang pengembangan dan penelitian vaksin, pengembangan ekonomi hijau, penguatan informasi bea cukai, peningkatan capacity building di bidang keamanan cyber, kelautan, dan importasi nanas Indonesia," tulis pernyataan tersebut.
Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI di Beijing, Marina Novira Anggraini, mengatakan masuknya nanas segar ke pasar Beijing membutuhkan perjuangan panjang. Indonesia mulai memasukkan protokol untuk izin ekspor nanas ke China sejak 2016.
"Untuk dapat melakukan ekspor buah segar diperlukan kesepakatan terkait dengan keamanan pangan antara dua negara. Selama ini Indonesia belum pernah melakukan ekspor buah nanas segar ke RRT (Republik Rakyat Tiongkok)," tutur Marina, kepada CNBC Indonesia merujuk nama lain China.
Marina menambahkan nanas Indonesia akan bersaing dengan Filipina, Thailand, Malaysia, dan Kosta Rica di pasar China. Semula, China menggantungkan pasokan nanas dari Taiwan tetapi Negara Tirai Bambu sudah melarang impor dari pulau itu pada 2021 karena perselisihan kedua negara.
Marina menambahkan nanas Indonesia berpotensi besar menguasai Beijing karena masih besarnya ceruk pasar di sana. Pada tahun lalu, China mengimpor nanas segar sebanyak 197.953 ton dengan nilai US$ 150,7 juta sementara selama Januari-Juni 2022, impor nanas China mencapai 108.755 ton dengan nilai US$ 88,7 juta.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi nanas pada 2021 mencapai 2,89 juta ton, naik sebesar 17,95% dari tahun 2020. Provinsi dengan produksi nanas terbesar adalah Lampung, Sumatra Selatan, dan Riau.
Lampung berkontribusi sebesar 24,45% terhadap produksi nasional dengan produksi mencapai 705,88 ribu ton. Sumatra Selatan berkontribusi sebesar 16,49% dengan produksi mencapai 467,07 ribu ton sementara Riau berkontribusi sebesar 12,29% dengan produksi mencapai 354,88 ribu ton.
Nilai ekspor nanas segar pada 2021 mencapai US$ 336,93 juta, naik sebesar 22,90% dibandingkan pada 2020. AS menjadi tujuan ekspor utama nanas dengan nilai ekspor mencapai US$ 102,67 juta dan volume mencapai 80,06 ribu ton.
Urutan kedua adalah Belanda dengan nilai ekspor mencapai US$ 44,64 juta dan volume sebanyak 35,42 ribu ton. Spanyol ada di urutan ketiga dengan nilai ekspor mencapai US$ 34,17 juta dan volume sebanyak 24,60 ribu ton).
Selain nanas segar, Indonesia juga mengekspor nanas dalam bentuk kemasan kedap udara untuk penjualan eceran serta nanas mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya atau alkohol.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspornya mencapai 5.900 ton dengan nilai US$ 10,54 juta. Kalah jauh dengan ekspor ke AS yang mencapai 77,39 ribu ton dengan nilai US$ 91,6 juta.
Menurut data Badan Pangan Dunia (FAO), ekspor nanas segar global mencapai 3,1 juta ton pada 2020, anjlok 8% dibandingkan pada 2019 karena pandemi. Filipina dan Kosta Rika adalah eksportir terbesar nanas di dunia. Ekspor nanas Filipina ke Cina menembus 200 ribu ton pada 2020.