Stop Tembaga! Indonesia Jangan Sampai Berpuluh Tahun Ekspor Bahan Mentah
Presiden Joko "Jokowi" Widodo berkali-kali menyatakan akan menghentikan ekspor tembaga. Dia tak ingin Indonesia berpuluh-puluh tahun hanya mengekspor komoditas mentah sumber daya alam.
Jokowi ingin hasil bumi Nusantara dapat ditingkatkan nilai tambahnya melalui hilirisasi, agar kontribusinya terhadap pendapatan ekspor negara meningkat.
"Jangan sampai kita berpuluh-puluh tahun hanya menjual bahan mentah saja, komoditas mentah saja, ini setop, tapi satu-satu, gak barengan, dan harus kita paksa," kata Jokowi saat memberi sambutan pada UOB Economic Outlook 2023 yang disiarkan melalui saluran YouTube Sekretariat Presiden, Kamis 29 September 2022 lalu.
Pemerintah telah menyetop ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah. Pemerintah hanya mengizinkan ekspor nikel yang telah melalui proses hilirisasi, sehingga terjadi peningkatan nilai tambah.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan kebijakan tersebut, terbukti meningkatkan penghasilan ekspor berkali-kali lipat.
"Nikel setiap tahun pada saat ekspor kita mentah, kira-kira 4 tahun yang lalu dan sebelumnya hanya 1,1 miliar dolar AS. Artinya ekspor kita setahun hanya Rp15 triliun. Begitu kita hentikan, coba cek tahun 2021, 20,9 miliar dolar AS, meloncat dari 1,1 (dolar AS) ke 20,9 (dolar AS). Dari kira-kira Rp15 triliun melompat ke Rp360 triliun, baru nikel," tuturnya.
Orang nomor satu di Indonesia itu menyadari, kebijakannya diprotes banyak pihak. Seperti saat pemerintah memutuskan menyetop ekspor nikel, banyak yang datang ke Jokowi untuk mengingatkan dampak kebijakan tersebut.
"Nikel dulu kita stop ramai orang datang ke saya. Saya kan bisa ketemu dengan siapa saja, saya terbuka. Semua orang menyampaikan 'Pak, hati-hati, Pak. Ini nanti ekspor kita bisa anjlok karena Bapak menghentikan nikel'," ungkap Jokowi.
Tapi peringatan tersebut tak terbukti, karena nyatanya ekspor Indonesia justru meningkat berkali-kali lipat untuk komoditas nikel yang telah melalui proses hilirisasi.
Jokowi menegaskan, Indonesia akan melanjutkan penyetopan ekspor untuk komoditas mentah lainnya.
"Nanti kita setop lagi timah, kita setop lagi tembaga, kita setop lagi bahan-bahan mentah yang kita ekspor mentahan," tegasnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya menyampaikan, hilirisasi tembaga ini memiliki prospek seiring adanya pengembangan sumber energi terbarukan, kendaraan listrik, dan solar panel.
“Karena semuanya butuh tembaga,” katanya dalam siaran pers Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Hilirisasi tembaga dapat memenuhi kebutuhan produk di dalam negeri seperti katoda tembaga untuk industri kawat atau kabel (wire), batangan tembaga (rod bar), industri kimia, serta produk samping berupa asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk serta copper slag dan gypsum sebagai bahan baku semen.
“Hilirisasi industri ini menjadi penting dalam rangka menjamin ketersediaan bahan baku sumber daya alam dan peningkatan nilai tambah,” ujar Agus.