Berlapang Dada Soal Wadas! Ganjar Terima Segala Ekspresi perasaan yang Diungkapkan Warga, Termasuk Kemarahan
Pada Jumat (24/2) lalu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menghadiri acara Gelar Inovasi Harmoni Nusantara di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Dalam acara itu, ia mengapresiasi inovasi merdeka belajar di UKSW yang tidak lagi terpaku pada ujian dan skripsi sebagai penilaian ujian akhir.
“Inovasinya muncul dan mereka mulai mengkolaborasikan antara pengetahuan yang di dalam dengan bakat yang dimiliki. Ini betul-betul dalam kaitan personal development. Ini sangat bagus,” kata Ganjar.
Dalam kesempatan itu, Ganjar juga menjadi pembicara pada sebuah seminar. Saat itu, ia ditanya soal kasus Wadas di mana banyak masyarakat yang “menjelek-jelekannya”.
“Di media jelas sekali, Pak. Masyarakat sangat menolak pada waktu itu. Rasanya bagaimana sebagai pemimpin?” tanya moderator pada orang nomor satu se-Jateng itu.
Ganjar mengatakan, ia menerima segala ekspresi perasaan yang diungkapkan warga. Termasuk ungkapan kemarahan. Dari pada menanggapi dengan pembenaran, ia lebih memilih mengoreksi diri sendiri.
“Biasa Mas. Pimpinan itu tempatnya dimarah-marahin. Kalau nggak mau dimarah-marahin jangan jadi pemimpin,” ujar Ganjar dikutip dari Instagram pribadinya pada Minggu (26/2).
Ganjar mengatakan, saat dalam posisi marah, seseorang akan membuang segala hal yang rasional. Karena itu ia lebih memilih berkaca menggunakan ilmu Tukul.
“Tukulisme. Tukul itu selalu mengoreksi dirinya sendiri. Menjelekkan dirinya sendiri. Artinya apa? Nggak usah nyalahin orang dulu. Mari belajar pemimpin itu tidak selalu mencoba cuci tangan, tapi selalu mengaku,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, pihak UKSW memberikan oleh-oleh pada Ganjar Pranowo. Oleh-oleh itu berwujud sebuah jaket berwarna merah.
“Keren. Terima kasih atas pilihan warna yang paling berani,” ucap Ganjar.