Terbaru kerugian Garuda Indonesia (GIAA) !!! Kini turun jadi Rp 3,3 T di Kuartal I
Maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berhasil mencatat penurunan kerugian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal I-2022 menjadi US$ 224,66 juta dari tahun sebelumnya pada periode yang sama yang sebesar US$ 384,35 juta.
Angka kerugian tersebut setara sekitar Rp 3,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.860/US$). Mengutip laporan keuangannya per Maret 2022, penyusutan kerugian sekitar 41,55% tersebut terjadi karena penurunan sejumlah beban meskipun pendapatan Garuda pada tiga bulan pertama tahun ini belum membaik.
Tercatat, pendapatan usaha perseroan sebesar US$ 350,16 juta pada akhir Maret 2022, menurun tipis 0,8% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 353,07 juta.
Capaian pendapatan ini berasal dari penerbangan berjadwal yang mencapai US$ 270,57 juta. Sementara penerbangan tidak berjadwal dan lainnya masing-masing sebesar US$ 24,08 juta, dan US$ 55,50 juta.
Namun, beban usaha perseroan menyusut 25% per 31 Maret 2022 menjadi sebesar US$ 526,34 juta dari tahun lalu yang sebesar US$ 702,18 juta.
Penurunan beban usaha ini seiring dengan menurunnya beban operasional penerbangan jadi sebesar US$ 300,70 juta dari sebelumnya US$ 392,26 juta, beban pemeliharaan dan perbaikan jadi US$ 108,82 juta dari US$ 159,74 juta, beban umum dan administrasi jadi US$ 35,2 juta dari US$ 46,26 juta, beban bandara jadi US$ 32,16 juta dari US$ 46,07 juta.
Namun, beban tiket, penjualan dan promosi justru meningkat menjadi US$ 24,32 juta, dari posisi yang sama tahun lalu senilai US$ 22,93 juta.
Selanjutnya, beban pelayanan penumpang turun jadi US$ 15,77 juta dari US$ 22,23 juta, beban operasional hotel turun menjadi US$ 5,5 juta dari US$ 5,7 juta, beban operasional transportasi turun jadi US$ 2,79 juta dari US$ 4,1 juta dan beban operasional jaringan turun jadi US$ 1,05 juta dari US$ 2,8 juta.
Adapun total aset Garuda pada kuartal I-2022 juga turun menjadi US$ 7,05 miliar dari akhir 2021 senilai US$ 7,19 miliar.
Sedangkan total liabilitas naik menjadi US$ 13,38 miliar dari akhir tahun 2021 yang senilai US$ 13,30 miliar.