Indonesia Patut Bersyukur Dipimpin Jokowi Di Saat Ekonomi Global Tidak Stabil!


Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, bersama dengan Chairman of the Board & CEO Freeport, Mc-MoRan Richard C. Adkerson, melanjutkan kembali rangkaian kegiatan orasi ilmiah yang kali ini dilakukan di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), pada Rabu (5/10/2022).

 

Dalam kesempatan ini, Bahlil menjelaskan bahwa kondisi perekonomian global sedang tidak stabil saat ini sehingga Indonesia perlu berhati-hati. Menurut Bahlil, kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) patut disyukuri karena mampu mengantarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik dibandingkan dengan negara-negara G20 lainnya.

 

"Dunia sedang menyaksikan pertarungan leadership dari masing-masing negara. Karena isunya cuma dua, yaitu pengendalian Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Semua Kepala Negara sedang memikirkan bagaimana menyelesaikan pandemi Covid-19 dan pulih pasa pandemi," ujar Bahlil di hadapan lebih dari 700 mahasiswa ITB yang hadir, mengutip dalam rilisnya.

 

Lebih lanjut, Bahlil juga memberikan gambaran besar mengenai ekonomi global dikaitkan dengan ekonomi nasional yang berujung pada strategi pemerintah dalam mendorong penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi industri. Indonesia telah melakukan perubahan struktural pondasi ekonomi, yang sebelumnya mengekspor bahan mentah menjadi ekspor barang jadi dengan adanya penciptaan nilai tambah.

 

"Saya mau hilirisasi ini terjadi tetapi juga berdampak pada kearifan lokal. Setiap investor yang melakukan hilirisasi wajib hukumnya berkolaborasi dengan pengusaha daerah. Kita dorong kawasan pertumbuhan ekonomi baru, peluang menjadi pengusaha lebih lebar," tambah Bahlil.

 

Terkait dengan kebijakan hilirisasi industri yang diusung oleh pemerintahan Presiden Jokowi saat ini, Richard menyampaikan bahwa PT FI berkomitmen mendukung program tersebut dengan membangun smelter single line yang berlokasi di Kawasan Industri JIIPE (Java Integrated Industrial and Port Estate), Gresik. Pembangunan smelter ini sudah berjalan sekitar 40% dan akan beroperasi pada 2024 mendatang.

 

"PT FI tidak pernah mengekspor barang mentah. Kami memproduksi konsentrat tembaga (copper concentrate) yang merupakan produk setengah jadi. Berbeda dengan produk lainnya, untuk tembaga, nikel, dan timah akan memiliki nilai tambah saat dilakukan hilirisasi industri," ungkap Richard.

 

Sementara itu, membuka kegiatan pagi ini, Prof.Dr.Ir. Jaka Sembiring, M.Eng selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB menyampaikan apresiasi atas berlangsungnya Kuliah Tamu hari ini. Jaka mengungkapkan antusiasmenya terkait topik hilirisasi yang diangkat dalam kegiatan ini.

 

"Terkait materi hilirisasi hari ini, ini sesuatu yang kami sangat tunggu-tunggu dan harapkan. Tidak hanya di ITB, tapi yang saya pahami, seluruh masyarakat Indonesia sebenarnya menginginkan hal ini (hiliriasi industri) bisa terjadi, terlaksana, dan terintegrasi. Kita sudah mencoba dalam waktu yang lama, tapi kita paham begitu besar hambatan, baik dari sisi permodalan maupun situasi ekonomi saat ini," ujar Jaka.

 

Eunike, mahasiswi Teknik Metalurgi ITB merasa senang dengan kegiatan Kuliah Tamu yang merupakan pertama kalinya dilakukan kembali secara tatap muka sejak pandemi Covid-19. Menurut Eunike, topik hilirisasi yang dibahas sangat relevan dengan apa yang dipelajarinya saat ini di bangku perkuliahan.

 

"Dari kami sendiri, teknik metalurgi, hilirisasi itu adalah ya kami. Sumber daya manusia kami terserap lewat hilirisasi. Jadi, dengan adanya hilirisasi ini tentu saja memantik harapan kami bahwa pekerjaan kami tentu akan berkembang ke depannya, mungkin dalam skala yang lebih besar lagi," ungkap Eunike.

 

Eunike berharap agar kebijakan pemberhentian ekspor mineral yang telah dilakukan oleh Kementerian Investasi dapat dilanjutkan kembali untuk sumber daya alam lainnya sehingga pengolahan di dalam negeri bisa lebih baik dan menghasilkan produk dengan nilai jual lebih tinggi.

 

Penyelenggaraan Kuliah Tamu di ITB ini masih merupakan bagian dari rangkaian kunjungan ke 7 perguruan tinggi besar di Indonesia, yang sebelumnya telah dilakukan kegiatan serupa di Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Selanjutnya, orasi ilmiah yang merupakan kolaborasi antara Kementerian Investasi/BKPM dan PT FI ini akan dilakukan di Universitas Indonesia di Depok, Universitas Cendrawasih dan STIE Port Numbay di Jayapura, dan Universitas Hasanuddin di Makassar.


 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url