Ganjar Pranowo Capres Berdampak Positif Pada Rupiah!
Pasar keuangan Indonesia kembali bukan pada Rabu (26/4/2023) setelah libur selama sepekan merayakan Idul Fitri. Sebelum libur panjang, rupiah membukukan kinerja impresif, sempat menyentuh Rp 14.640/US$ pada Jumat (14/4/2023), yang merupakan level terkuat sejak 13 Juni 2022.
Sebelum hari Raya Idul Fitri, tepatnya pada Jumat (21/04/2023), Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri telah resmi mengumumkan dan mengusung Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden (Capres) di Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
Ganjar merupakan salah satu yang diunggulkan maju dalam pemilihan presiden. Seberapa besar dampak dipilihannya Ganjar sebagai Capres ke pasar finansial bisa terlihat pada perdagangan hari ini. Flashback ke belakang, pada 2014 saat Joko Widodo (Jokowi) diumumkan menjadi Capres, pasar finansial menyambut dengan positif.
Pasar tentunya melihat Ganjar sebagai penerus program-program Jokowi saat ini. Sehingga arah kebijakan yang diambil akan lebih jelas, ketimbang dengan Capres lainnya. Seperti pada umumnya, pelaku pasar kurang suka dengan ketidakpastian. Ketika ketidakpastian bisa diminimalisir, maka bisa memberikan sentimen poisitif, cuma pertanyaannya seberapa besar.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini berada jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 yang tentunya memberikan tenaga rupiah menguat.
Penguatan Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus level psikologis setelah sukses melewati Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah pada Jumat (14/4/2023) lalu bahkan menembus ke bawah Fib. Retracement 61,8%. Namun, di hari yang sama rupiah membentuk pola Hammer. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah.
Alhasil, dua hari sebelum libur panjang rupiah mengalami pelemahan.
Indikator Stochastic pada grafik harian kini berbalik mendekati wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang belum masuk overbought artinya risiko pelemahan rupiah masih ada, meski tidak sebesar sebelumnya.
Rupiah saat ini berada di dekat resisten di kisaran Rp 14.850/US$ - Rp 14.880/US$. Jika ditembus ada risiko pelemahan ke Rp 14.930/US$.
Sebaliknya Fib. Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$ menjadi menjadi support terdekat yang akan menahan seandainya rupiah menguat. Tetapi jika mampu ditembus dengan konsisten, rupiah berpeluang menguat lebih jauh.