Naik16,8 Persen! Angka Stunting di Sragen Jadi Perhatian Serius Ganjar Pranowo di Musrenbangwil
Selain masalah infrastruktur, persoalan Kesehatan juga
menjadi perhatian dalam Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Wilayah
(Musrenbangwil).
Setiap Bupati dan Wali Kota menyampaikan angka stunting di
wilayahnya masing-masing. Kabupaten Sragen sendiri
mengalami kenaikan kasus ketika Pandemi Covid-19.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam Musrenbangwil itu juga berdialog kepada kader kesehatan di Desa Ngrombo, Kecamatan Tangen secara daring.
Sutini, salah satu kader kesehatan di
Desa Ngrombo mengatakan saat ini di desanya ada 21 ibu hamil dan tiga orang ibu
dengan resiko tinggi (Resti).
Ia mengatakan sudah melakukan pendampingan
dan treatment berupa pemberian nutrisi, gizi dari dana desa.
Sementara itu untuk angka stunting di desanya ada 22 anak.
Sutini mengaku, anak-anak yang stunting ini ada yang
dalam kategori parah dan sedang.
"Banyak yang sedang, Pak. Dari kami diberikan
pendampingan, kunjungan dan bantuan berupa biskuit," katanya.
Ia mengaku sudah ada yang berhasil ditangani ditandai dengan pertumbuhan tinggi dan berat badan.
Keberhasilannya ini tidak jauh dari pemberian susu berkalori tinggi dan makanan
gizi seimbang.
Ganjar pun bertanya berapa lama untuk bisa menangani anak
stunting.
Sutini dengan lantang menjawab tiga bulan. Sutini mengaku
dua minggu sekali, ada pengecekan di RS.
Orangtua bisa berkonsultasi dengan dokter anak.
"Tiga bulan bisa menangani ya buk? Nanti kita beri bantuan yang dibutuhkan seperti susu kalori tinggi dan makanan fresh seperti lele, telur, ayam, sayur," kata Ganjar.
Angka stunting di Kabupaten Sragen naik 732
kasus atau 16,8 persen dari semula 4.353 anak pada 2021 menjadi 5.085 anak pada
2022.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengaku
pihaknya sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menekan angka ini.
Yuni mengaku tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan, dari
dana Desa Rp 96 miliar dan dari APBD Rp 48 miliar yang dianggarkan.
"Stunting Kabupaten Sragen mengalami kenaikan
setelah pandemi. Kami sangat berupaya. Dana yang dikeluarkan sudah sangat banyak."
"Seperti anggaran penanganan stunting di 2022 kami dari
Dana Desa saja sudah Rp 96 miliar dan dari APBD Rp 48 miliar yang dianggarkan
baik untuk intervensi spesifik maupun intervensi sensitif," terangnya.
Yuni berharap di 2023 ini angka stunting di dapat
menurun dengan drastis. Serta ada kegiatan unggulan penurunan stunting. (uti)